Panduan Lengkap Ilmu Tajwid [Makalah
Qiroat Qur'an]
Pada
postingan kali ini saya akan coba berbagi materi yang berhubungan dengan mata
kuliah Qiroat Qur’an dalam hal ini di SMP Negeri 1 Arjawinangun khusus
untuk lokal kami, PAI Extension I Qiroat Qur’an disampaikan oleh dosen
bapak Ahroji, S.Ag. Dan di semester I ini beliau masih menyampaikan
materi yang berhubungan dengan tata cara membaca Al Qur’an salah satunya adalah
mempelajari ilmu tajwid. Biasanya tiap minggu kami kebagian menyampaikan
materi tajwid tersebut dalam bentuk kelompok, alhamdulillah khusus untuk
materi ilmu tajwid ini rekan-rekan di lokal kami rata-rata sudah memahami jadi
tidak terlalu kesulitan dalam proses penyampaian atau pemahamannya.
Namun
untuk membantu dan memudahkan bagi yang ingin mempelajari ilmu tajwid,
saya telah membuat panduan lengkap ilmu tajwid dalam bentuk makalah, panduan
lengkap cara mudah belajar ilmu tajwid ini saya ambil dari berbagai
referensi baik ebook ataupun dari software ilmu tajwid. Catatan
lengkap ilmu tajwid ini secara garis besar berisi :
Beberapa
Hal Mengenai Huruf
Huruf Arab dan Tanda Baris
Huruf Arab
Tanda Baris
Huruf Qalqalah
Pengucapan Secara Tafkhiim atau Tarqiiq Huruf Isti‘
Huruf Laam pada Kata Allaah (Laam Jalaalah)
Huruf Raa
Beberapa Hukum Membaca
Cara Berhenti pada Akhir Kata .
Hukum Mim Bertasydid dan Nun Bertasydid; Ghunnah
Membaca Al (Alif Laam Ma‘rifat)
Hukum Nun Mati dan Tanwiin
Iqlaab
Izhhaar
Idghaam
Ikhfaa’
Hukum Mim Mati
Idghaam Mutamaatsilayn
Ikhfaa’ Syafawii
Izhhaar Syafawii
Idghaam
Idghaam Mutamaatsilayn
Idghaam Mutajaanisayn dan Idghaam Mutaqaaribayn
Memanjangkan Bunyi Sebuah Huruf (Mad)
Mad Thabii‘i
Mad Far‘ii
Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaaiz Munfashil
Mad Jaaiz ‘Aaridh Lissukuun
Mad Laazim Kilmi
Mad Laazim Harfii
Perhentian dalam membaca Al-Quran;Waqaf dan Ibtida
Beberapa Hukum Membaca (Lanjutan)
Jenis Hamzah
Tanwin Bertemu Hamzah Washal
Huruf Arab dan Tanda Baris
Huruf Arab
Tanda Baris
Huruf Qalqalah
Pengucapan Secara Tafkhiim atau Tarqiiq Huruf Isti‘
Huruf Laam pada Kata Allaah (Laam Jalaalah)
Huruf Raa
Beberapa Hukum Membaca
Cara Berhenti pada Akhir Kata .
Hukum Mim Bertasydid dan Nun Bertasydid; Ghunnah
Membaca Al (Alif Laam Ma‘rifat)
Hukum Nun Mati dan Tanwiin
Iqlaab
Izhhaar
Idghaam
Ikhfaa’
Hukum Mim Mati
Idghaam Mutamaatsilayn
Ikhfaa’ Syafawii
Izhhaar Syafawii
Idghaam
Idghaam Mutamaatsilayn
Idghaam Mutajaanisayn dan Idghaam Mutaqaaribayn
Memanjangkan Bunyi Sebuah Huruf (Mad)
Mad Thabii‘i
Mad Far‘ii
Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaaiz Munfashil
Mad Jaaiz ‘Aaridh Lissukuun
Mad Laazim Kilmi
Mad Laazim Harfii
Perhentian dalam membaca Al-Quran;Waqaf dan Ibtida
Beberapa Hukum Membaca (Lanjutan)
Jenis Hamzah
Tanwin Bertemu Hamzah Washal
IDGHOM BIGHUNNAH
Idghom bighunnah yaitu salah satu dari bermacam-macam ilmu tajwid atau ilmu yang mempelajari
tatacara membaca al-qur’an. Pengertiannya adalah, yaitu apabila ada tanwin atau
nun mati bertemu dengan salah satu huruf idghom
bighunnah yang berjumlah 4(ya, nun mim, dan wawu) maka hukum bacaannya dibaca
dengung.
Iqlab
Yaitu apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ maka hukum bacaannya adalah iqlab (mengganti tanwin atau nun mati dengan huruf mim)
Ikhfa’
Ikhfa yaitu apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ikhfa’
yang berjumlah 15 yaitu : sin, qof, syin, jim, kaf tsa, dhal, shod, dhodh,
dlodh, ta’, fa’, za, tho’, dan dal, maka hukum bacaannya adalah ikhfa’
(menyamarkan bacaan antara idhar dan idhghom)
IDHAR HALKI
IDHAR KHALKI yaitu salah satu dari bermacam-macam ilmu tajwid atau ilmu
yang mempelajari tatacara membaca al-qur’an. Pengertiannya adalah, yaitu
apabila ada tanwin atau nun mati bertemu dengan salah satu huruf idhar yang
berjumlah 6 (hamzah, kha’, kho’, ‘ain, ghoin, dan ha)
maka hukum bacaannya dibaca jelas.
IDGHOM BILAGHUNNAH
Idghom bilaghunnah yaitu salah satu dari bermacam-macam ilmu tajwid atau ilmu yang mempelajari tatacara membaca al-qur’an. Pengertiannya adalah, yaitu apabila ada tanwin atau nun mati bertemu dengan salah satu huruf idghom bighunnah yang berjumlah (lam dan ro’) maka hukum bacaannya dibaca jelas/tanpa dengung
Idghom bilaghunnah yaitu salah satu dari bermacam-macam ilmu tajwid atau ilmu yang mempelajari tatacara membaca al-qur’an. Pengertiannya adalah, yaitu apabila ada tanwin atau nun mati bertemu dengan salah satu huruf idghom bighunnah yang berjumlah (lam dan ro’) maka hukum bacaannya dibaca jelas/tanpa dengung
MATERI
ILMU TAJWID
TANDA-TANDA WAQAF DAN WASHAL
Waqaf artinya: sebaiknya berhenti.
م ( وقف لا زم ) : harus
berhenti
( معا نقه ) : berhenti di
salah satu titik
ط ( وقف مطلق ) : sebaiknya
berhenti
قلى ( الوقف اولى ) : sebaiknya berhenti
قف ( الوقف )
: sebaiknya berhenti
ج ( وقف جا ئز ) : boleh
berhenti, juga boleh terus
Washol artinya: sebaiknya terus.
لا ( الوقف ممنوع
) : sebaiknya terus
صلى ( الوصل اولى
) : sebaiknya terus
ز ( مجوز الوقف
) : sebaiknya terus
ص ( مر خص الوقف )
: sebaiknya terus
ق ( قيل هو وقف
) : sebaiknya terus
GHUNNAH
Ghunnah artinya mendengung. Hal ini berarti bahwa setiap ada huruf Nun
atau Mim yang bertasydid maka hukum bacaannya dinamakan Ghunnah.
Contoh:
اِ نَّ
ثُمَّ اِ
نَّمَا فَلَمَّا
HUKUM
NUN SUKUN/TANWIN
Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam
tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara
lain:
- Idghom Bighunnah
Idghom : memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ي ن م و atau biasa di
singkat dengan bunyi يَنْمُوْ
Contoh:
مَنْ يَقُوْ لُ ( نْ- ي
) فَلَنْ نَِّزيْدَ
كُمْ ( نْ- ن )
فَتْحًا مُبِيْنًا ( _ً –
م) مِنْ
وَّرَائِهِمْ ( نْ- و )
- Idghom Bilaghunnah
Idghom : memasukkan
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: ل dan ر
Contoh:
مِنْ لَدُ نْكَ ( نْ- ل
)
غَفُوْرٌرَحِيْمٌ ( _ٌ – ر)
- Idzhar
Idzhar berarti: jelas atau terang
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: ﻫ أ ح خ ع غ
Contoh:
كُفُوًا اَحَدٌ ( _ً –
ا)
مِنْ حَيْثُ ( نْ – ح
) مَنْ خَفَّتْ ( نْ
– خ )
خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( ٍ – ع
) قَوْ مًا غَيْرَ كُمْ (
_ً -غ) لَكُمُ اْلاَ نْهَا َر ( نْ – ﻫ
)
- Iqlab
Iqlab berarti:
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari
huruf hijaiyyah yaitu: ب
Contoh:
مَنْ بَخِلَ ( نْ – ب
)
عَوَا نٌ بَيْنَ ( _ٌ – ب)
- Ikhfa’
Ikhfa’ berarti: samar-samar
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain:
ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Contoh:
مِنْ تَحْتِهَا ( نْ – ت )
مَاءً ثَجَا جًا ( _ً –
ث)
اَنْجَيْنَا كُمْ ( نْ – ج )
قِنْوَانٌ دَانِيَةٍ ( _ٌ –
د) مَنْ
ذَالَّذِ يْ ( نْ –
ذ)
يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ( ٍ – ز )
اِنَّ اْلاِ نْسَا نَ ( نْ – س )
عَذَا بٌ شَدِ يْدٌ ( _ٌ – ش) قَوْ مًا
صَا لِحِيْنَ ( _ً – ص)
مُسْفِرَ ةٌ ضَا حِكَةٌ ( _ٌ – ض) وَمَا يَنْطِقُ ( نْ –
ط) عَنْ
ظُهُوْرِهِمْ ( نْ – ظ)
عُمْيٌ فَهُمْ ( _ٌ –
ف)
رِزْقًا قَا لُوْا ( _ً –
ق) مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا
( نْ – ك)
HUKUM MIM SUKUN
Hukum Mim sukun dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
- Idghom Mitsli (Idghom Mimi)
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Mim
Contoh:
كُنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ ( مْ – م )
- Ikhfa’ Syafawi
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Ba’
Contoh:
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( مْ – ب )
- Idzhar Syafawi
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah
selain Mim dan Ba’
Contoh:
هُمْ نَا ئِمُوْنَ ( مْ – ن
)
اَمْ لَمْ تُنْدِ رْ هُمْ ( مْ – ت )
الخ ……..
HUKUM IDGHOM
Hukum Idghom dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
- Idghom Mutamatsilain
Artinya: jika ada huruf yang sama, yang pertama sukun dan yang kedua
hidup.
Contoh:
اِضْرِ بْ بِعَصَا كَ ( بْ – بِ )
- Idghom Mutajanisain
Dinamakan Idghom Mutajanisain jika TA sukun bertemu THA, THA sukun bertemu
TA, TA sukun bertemu DAL, DAL sukun bertemu TA, LAM sukun bertemu RA, DZAL
sukun bertemu ZHA.
Contoh:
(تْ- ط ) قَالَتْ طَا ئِفَة ٌ
( طْ- ت ) لَئِنْ
بَسَطْتَ (
تْ- د ) اَثْقَلَتْ دَ عَوَا
( دْ- ت ) قَدْ تَبَيَّنَ
( لْ- ر ) قُلْ
رَبِّ
( ذْ- ظ ) اِذْ ظَلَمُوْا
- Idghom Mutaqorribain
Dinamakan Idghom Mutaqorribain jika TSA sukun bertemu DZAL, QAF sukun
bertemu KAF, BA sukun bertemu MIM.
Contoh:
( ثْ- ذ ) يَلْهَثْ ذ
لِكَ (
قْ- ك ) اَلَمْ
نَخْلُقْكُمْ
( بْ- م ) يبُنَيَّ ارْ كَبْ مَعَنَا
QALQALAH
Qalqalah artinya memantul. Huruf Qalqalah ada lima, antara lain:
ق ط ب ج د biasa disingkat dengan bunyi قَطْبُ جَدٍّ
Contoh:
ق- يَقْرَ أُ ط-
يَطْهَرُ ب-
يَبْخَلُ ج-
يَجْعَلُ د- يَدْ
خُلُ
Qalqalah dibagi dua:
- Qalqalah Sughra
Adalah: huruf Qalqalah yang matinya asli, sebagaimana contoh diatas.
- Qalqalah Kubra
Adalah: huruf Qalqalah yang matinya disebabkan waqaf.
Contoh:
خَلَقَ dibaca خَلَقْ
اَحَدٌ dibaca اَحَدْ
LAFADZ ALLAH
Hukum lafadz Allah dibagi dua, yaitu:
- Dibaca tafkhim, jika lafadz Allah didahului harakat fathah atau dhummah.
Contoh:
وَاللهُ نَصْرُ
اللهِ
- Dibaca tarqiq, jika lafadz Allah didahului harakat kasroh.
Contoh:
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمنِ ا لرَّ حِيْمِ
HURUF
SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH
Huruf Syamsiyah dan huruf Qamariyah jumlahnya sama yaitu masing-masing ada
14 huruf.
- Huruf Syamsiyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Contoh:
وَالتِّيْنِ اَلدُّ
نْيَا
وَالشَّمْسِ
النِّعْمَةِ
الخ……
- Huruf Qamariyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ﻫ ء ي
Contoh:
اَلْجُمُعَةُ
اَلْخَيْرُ
اَلْفِيْلُ
اَلْكَبِيْرُ
الخ……
IDZHAR WAJIB
Dinamakan Idzhar Wajib, jika ada Nun sukun atau Tanwin bertemu huruf YA
atau WAWU dalam satu kalimat. Cara membacanya: terang atau jelas. Namun,
didalam Al-Qur’an bacaan Idzhar Wajib ini hanya ada 4, yaitu:
اَلدُّ
نْيَا
بُنْيَانٌ
صِنْوَانٌ
قِنْوَانٌ
HUKUM RA’
Hukum Ro’ ada dua:
- Ro’ yang dibaca Tafkhim
Ciri-ciri:
- Ro’ fathah, Ro’ fathah tanwin.
- Ro’ dhummah, Ro’ dhummah tanwin.
- Ro’ sukun didahului fathah atau dhummah.
- Ro’ sukun didahului kasrah ada hamzah washal.
- Ro’ sukun didahului kasrah bertemu huruf isti’la’.
Contoh:
a) رَ-
رًا
رَبَّنَا
خَيْرًا
b) رُ-
رٌ
رُوَيْدًا
كَبِيْرٌ
c) _َ _ُ
_ْ اَرْ
سَلَ
قُرْ ا نٌ
d) _ِ ا
رْ اَ مِرْ تَا
بُوْا اِ رْ جِعُوْ ا
e) _ِ رْ – خ ص ض ط ظ غ ق مِرْ
صَا دٌ قِرْ طَا سٌ
- Ro’ yang dibaca Tarqiq
Ciri-ciri:
a) Ro’ kasrah, Ro’ kasrah tanwin.
b) Ro’ sukun didahului kasrah.
c) Ro’ hidup didahului Ya’ dibaca waqaf.
Contoh:
a) رِ-
رٍ
رِجْسٌ خُسْرٍ
b) _ِ
رْ فِرْ عَوْ
نَ فَكَبِّرْ
c) _َِ ي ُِ ر ٌٍ خَيْرٌ
بَصِيْرٍ
HUKUM
MAD
Hukum Mad dibagi dua:
- Mad Thabii
Yang dinamakan dengan mad Thabi’i, adalah: jika fathah diikuti ALIF,
kasrah diikuti YA, dhummah diikuti WAWU. Panjang bacaannya: satu alif (dua
harakat)
Contoh:
دَا – دِيْ – دُوْ نُوْ حِيْهَا
- Mad Far’i
Mad Far’i dibagi menjadi 13, antara lain:
- Mad wajib muttashil
ialah: Mad Thabii bertemu hamzah dalam satu kalimat. panjang bacaannya:
2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
جَاءَ
لِقَاءَ
نَا
نِدَاءً
- Mad jaiz munfashil
ialah: Mad Thabii bertemu hamzah (bentuknya huruf alif) di
lain kalimat. Panjang bacaannya: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
اِنَّا اَعْطَيْنَا اِنَّا اَ نْزَلْنَا
- Mad ‘aridh lissukun
ialah: Mad Thabii bertemu huruf hidup dibaca waqaf. Panjang
bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
اَبُوْكَ = اَبُوْكْ عِقَا بِ = عِقَا بْ
- Mad ‘iwadh
ialah: jika ada fathah tanwin yang dibaca waqaf, selain TA’
marbuthah. Panjang bacaannya: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
عَلِيْمًا = عَلِيْمَا
- Mad shilah
ialah: setiap dhomir HU dan HI apabila didahului huruf hidup. Mad shilah
dibagi dua, yaitu: Mad shilah qashirah dan Mad shilah thawilah. Yang dinamakan
Mad shilah thawilah, adalah Mad shilah qashirah bertemu huruf hamzah (bentuknya
alif).
Panjang bacaan Mad shilah qashirah: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
لَه‘- بِه
Panjang bacaan Mad shilah thawilah: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
اَنَّ مَا لَه اَخْلَدَه
- Mad badal
ialah: setiap Aa, Ii, Uu yang dibaca panjang. Panjang
bacaannya: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
امَنُوْا اِيْتُوْ نِيْ اُوْ تِيَ
- Mad tamkin
ialah: YA kasrah bertasydid bertemu YA sukun. Panjang bacaannya: 1
alif (2 harakat).
Contoh:
اُمِّيِّيْنَ حُيِّيْتُمْ نَبِيِّنَ
- Mad lin
ialah: fathah diikuti WAWU atau YA sukun bertemu huruf hidup dibaca
waqaf. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
خَوْ فٌ = خَوْفْ اِلَيْهِ = اِلَيْهْ
- Mad lazim mutsaqqal kalimi
ialah: Mad Thabii bertemu tasydid. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
وَ لاَ الضَا لِّيْنَ
- Mad lazim mukhaffaf kalimi
ialah: Mad badal bertemu sukun. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
ا لاْنَ
- Mad lazim musyabba’ harfi
ialah: huruf hijaiyyah yang dibaca panjangnya 3 alif (6 harakat).
Jumlah hurufnya ada 8, yaitu:
ن ق ص ع س ل ك م
Contoh:
ن ق ص ا لمّ ا لمّص
- Mad lazim mukhaffaf harfi
ialah: huruf hijaiyyah yang dibaca panjangnya 1 alif (2 harakat).
Jumlah hurufnya ada 5, yaitu:
ح ي ط ﻫ ر
Contoh:
طه يس عسق كهيعص ا لمّر
- Mad farq
ialah: Mad badal bertemu tasydid. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
قُلْ اْلا للهُ
HUKUM WANITA MEMBACA AL QUR’AN DENGAN TARTIL DI HADAPAN NON MAHRAM
Oleh : al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhuts wal Ifta’
Pertanyaan
:
Apa hukum mengadakan perlombaan tartil al-Qur’anul Karim
bagi wanita dengan kehadiran kaum laki-laki?
Jawaban :
Wanita mentartilkan bacaan a-Qur’an dengan kehadiran
laki-laki (yang bukan mahrom, red) adalah tidak boleh, karena
dikhawatirkan adanya fitnah bagi mereka. Dan syari’at telah datang untuk
menutup segala yang bisa menjerumuskan kepada yang haram.
~*!*~
Tidak Sepatutnya Bagi Wanita Membaca al-Qur’an dengan
Tajwid di Hadapan Laki-laki yang Bukan Mahrom
Oleh : asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rohimahulloh
Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani rohimahulloh berkata :
Seorang pengajar al-Qur’an (laki-laki,red) jika mengajari
wanita melalui telepon kemudian para wanita tersebut membaca dan
memperdengarkan suaranya kepada pengajar al-Qur’an tadi, maka hukumnya sama
dengan jika ia mendengar suara qiro’ah mereka dari balik hijab dengan tidak
terlihatnya para wanita tersebut, fitnah terjadi pada dua keadaan ini. Baik ia
mendengar suara mereka melalui media udara atau angin tanpa perantara kabel
atau dengan kabel (telepon, dll. red) maka sesungguhnya suara tersebut
adalah suara wanita itu juga.
Dan suara wanita bukanlah aurat, menyelisihi dengan apa
yang masyhur di kalangan orang-orang, akan tetapi disyaratkan pada hal ini
suaranya tersebut adalah suara yang biasa. Adapun jika wanita itu membaca
dengan ghunnah, iqlab dan idzhar dan.. dan.. seterusnya… dan mad thobi’i,
muttashil, dan munfashil. Dan ini merupakan tajwid, Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam bersabda :
من لم يتغن بالقرآن فليس منا
“barangsiapa yang tidak melagukan al-Qur’an maka ia bukan
dari golongan kami”
Jadi wanita juga seharusnya melagukan al-Qur’an, akan
tetapi tidak boleh di hadapan laki-laki secara mutlak, baik dengan melalui
siaran atau telepon.
[Diterjemahkan dari Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah
No. 5413]
“HUKUM WANITA MEMBACA AL QUR’AN DENGAN TARTIL DI HADAPAN NON MAHRAM”
Klo di depan non mahram tetap ndak boleh,,,
Wallahu’alam
Aku biasanya bacanya di kamar kak, tapi ustad yang
ngajari ngaji aku dulu laki”, tepatnya aku panggil kakek, kalau ngajari baca
al-Qur’an harus dengan suara yang keras, so.. kalau ada kesalahan bacaan gitu
beliau tahu kak, nah itu gimana kak?
Hmm,,,
lakilaki yang sudah berumur..dan digunakan untuk pengajaran…insya Alloh boleh dek..dengan catatan kita belum terlalu menguasai tajwid tersebut..Wallahu’alam
lakilaki yang sudah berumur..dan digunakan untuk pengajaran…insya Alloh boleh dek..dengan catatan kita belum terlalu menguasai tajwid tersebut..Wallahu’alam
Subhanallah… hatur nuwun infonya ukthiy… samisami dede’ sayang…Afwan nggih mbak teh
jarang update…^^ Jazakillahu khoyr atas artikelnya. Amin wa iyaka
barakallahufiky assalamu’alaikum..
dalam hadits memang suara termasuk salah satu aurat
wanita.
tetapi dalil jika belajar di depan bukan mahramnya Tidak
Sepatutnya Membaca al-Qur’an dengan Tajwid ada dalil atau hadistnya ngga ?
afwan cuma ingin tahu ajah
Afwan, karena kejahilan ana dan kurang ilmu sehingga
masih belum menemukan hadits khusus tentang hal tersebut…
Tetapi, adapun masalah mendayu-dayukan suara sangat populer
sekali masalah hal ini, Al mitslu:
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي
قَلْبِهِ مَرَضٌ
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit di hatinya, dan ucapkanlah perkataan
yang baik.” (Q.S. Al Ahzab: 32).
Sejarah Pemberian Tanda Baca Al-Qur'an & Ilmu Tajwid."
Setelah kita mendiskusikan ejaan (ortografi) sekarang kita beralih
pada masalah tulisan (palaeografi).23
Seperti dalam bab sebelumnya kita menelusuri palaeografi Arab dalam perspektif
sejarah, sekarang kita hendak telusuri dalam konteks AI-Qur’an dan meneliti
perkembangannya. Sebagian besar dari diskusi ini akan berputar di sekitar
permasalahan nuqat ( : titik ) yang mempunyai dua makna pada zaman
awal Islam:
Kita akan diskusikan kedua-duanya dengan panjang lebar.
i. Tulisan Arab Kuno dan Kerangka Tanda Titik
Rasm al-Khat (lit. gambar skrip) Al-Qur’an dalam Mushaf ‘Uthmani
tidak memuat tanda titik untuk membedakan karakter seperti b ( ), t ( ), dan seterusnya, dan juga tidak ada
baris diakritikal (bawah, atas) seperti fathah, dammah, dan kasrah.
Sebenarnya ada bukti kukuh yang menunjukkan bahwa konsep tanda titik ini
bukan sesuatu yang baru untuk orang Arab, sudah diketahui sebelum Islam datang.
Walaupun bagaimana tanda titik ini tidak ada pada Mushaf-Mushaf klasik. Apa pun
juga alasan filosofisnya di kejadian ini,26
saya akan mengemukakan beberapa contoh untuk membuktikan bahwa palaeografi
(tulisan) Arab klasik mempunyai tanda titik untuk menemani kerangka sifat
(huruf).
- Batu nisan Raqush, Inskripsi Arab sebelum Islam yang tertua, tahun 267 M., mencatat tanda titik di atas huruf dhal, ra’ dan shin.27
- Sebuah inskripsi, kemungkinan sebelum Islam, di Sakaka (Arab Utara), ditulis dalam skrip yang rada aneh:
ii. Penemuan Tanda Diakritikal
Sebagaimana tersebut di atas bahwa tanda diakritikal ini dalam
Bahasa Arab disebut tashkil yang dibuat oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali (w. 69
H./ 688 M.). Ibn Abi Mulaika melaporkan bahwa pada zaman pemerintahan `Umar,
seorang Badui datang meminta seorang guru untuk membantu belajar AlQur’an.
Seseorang mengajar sukarela (volunteer), tetapi kemudian melakukan kesalahan
ketika mengajar yang menyebabkan ‘Umar memberhentikannya, membetulkan, dan
kemudian menyuruh agar yang mengajar Al-Qur’an hanya orang yang mapan Bahasa
Arabnya. Dengan kejadian itu ‘Umar tidak lagi bimbang dan kemudian minta Abu
al-Aswad Du’ali untuk mengarang sebuah risalah tentang tata Bahasa Arab.36
Ad-Du’ali melaksanakan tugasnya dengan ikhlas, yang akhirnya dia
menetapkan empat tanda diakritikal yang akan diletakkan pada ujung huruf tiap
kata. Ini berbentuk titik-titik merah (untuk membedakannya dari kerangka tanda
titik yang berwarna hitam), dengan setiap posisi titik memberikan arti pada
tanda tertentu. Satu titik terletak sesudahnya, di atas, atau di bawah huruf
menjadikan masing-masing dammah, Fathah, atau kasrah sebagaimana
mestinya. Demikian halnya dengan titik yang terletak setelah, di atas atau di
bawah huruf berbentuk dammah Tanween (dua dammah), Fathah tanween, atau kasrah
tanween sebagaimana mestinya37
(sinopsis ini sedikit kelihatan adil pada ketentuan sebenarnya dan agak jelas).
Pada zaman pemerintahan Mu’awiyah (w. 60 H. / 679 M.), dia menerima perintah
untuk melaksanakan sistem tanda titik ke dalam naskah Mushaf, yang kemungkinan
dapat terselesaikan pada tahun 50 H. / 670 M.
Gambar 10.6: Contoh Mushaf yang ditulis dalam skrip Kufi, memuat kerangka tanda titik ad Du’ali. Jasa baik dari Museum Arsip Nasional Yaman.
Skim (kerangka) ini kemudian diturunkan dari ad-Du’ali ke generasi
penerusnya melalui usaha Yahya bin Ya’mar (w. 90 H./ 708 M.), Nasr bin `Asim
al-Laithi (w. 100 H./718 M) dan Maimun al-Aqran, sampai kepada Khalil bin Ahmad
al-Fraheedi (w. 170 H. / 186 M.) yang akhirnya mengubah corak (pattern) ini
dengan menggantikan tanda titik merah berbentuk menyerupai karakter tertentu.38
Beberapa abad kemudian skim kerangka al Fraheedi menggantikan sistem
sebelumnya.
Setiap pusat (kota) kelihatannya pada awalnya mempraktikkan kaidah
yang berlainan. Ibn Ushta melaporkan bahwa Mushaf Isma’il al-Qust, Imam Mekah
(100-170 H. / 718-186 M.) memakai sistem tanda titik yang tidak sama dengan
Mushaf yang digunakan oleh orang Irak,39
sedangkan ad-Dani mencatat bahwa ilmuwan San’a’ mengikuti kerangka lain.40
Sama juga, bentuk atau contoh yang digunakan orang Madinah berbeda dengan yang
digunakan oleh orang Basra; pada ujung abad pertama hijrah bagaimanapun, kaidah
orang Basra semakin meluas sehingga orang-orang Madinah pun mengadopsinya.41
Perkembangan berikutnya mulai memperkenalkan tanda titik warna-warni, setiap
tanda diakritikal telah diberi warna yang berbeda.
Gambar 10.7: Contoh Mushaf dalam skrip Kufi. Titik diakritikal warna-warni
(merah, Hijau, kuning, dan Biru muda). Per1u dicatat juga pemisah ayat dan
tanda kesepuluh ayat, sebagaimana telah disinggung dalam bab 6. Jasa Baik dari
Museum Arsip Nasional Yaman.
iii. Penggunaan Secara Paralel dari Dua Skema Tanda Diakritikal
yang Berbeda
Skim diakritikal Khalil bin Ahmad al-Fraheedi menyebar dengan
cepat dalam pengenalannya bukan saja pada teks Al-Qur’an, jadi untuk tujuan membedakan
skrip dan tanda diakritikal yang digunakan untuk naskah Al-Qur’an selalu dijaga
sehingga skrip dan tanda ini dibedakan dari skrip dan tanda yang
digunakan pada buku-buku lain, walau bagaimanapun beberapa ahli
kaligrafi secara perlahan sudah mulai menggunakan sistem diakritikal yang baru
dalam Al-Qur’an.42 Saya beruntung sekali karena mempunyai beberapa buah gambar Al-Qur’an berwarna dari
koleksi San’a', di mana dengan perkembangan skim seperti ini akan mudah
dijelaskan.
Gambar
10.6 dan 10.7 (di atas) kemungkinan dari abad
kedua hijrah sedangkan di bawah ini adalah contoh
skrip Al-Qur’an pada abad ketiga hijrah.43
Gambar
10.8: Contoh skrip AI-Qur’an pada abad
ketiga hijrah. Perlu dicatat lagi tanda titik warna-warni. Jasa Baik dari
Museum Arsip Nasional Yaman.
Gambar
berikut ini adalah contoh skrip yang bukan Al-Qur’an pada periode yang sama.
Perbedaannya dapat dilihat dalam skrip dan dalam skim kerangka yang digunakan
pada titik dan tanda diakritikal. Untuk contoh yang lain, lihat gambar 10.11
dan 10.12.
Garnbar
10.9: Contoh skrip yang bukan Al-Qur’an,
akhir abad kedua Hijrah. Perlu dicatat tanda diakritikal sama dengan skim
al-Fraheedi. Sumber: A. Shakir (peny.) ar-Risalah of ash-Shafi’i, Kairo 1940,
Papan gambar 6.
23.
Sebagai peringatan: ortografi adalah ejaan yang konvensional, sedangkan
palaeografi (dalam konteks ini) akan membahas tentang skrip sebuah bahasa,
dengan bentuk hurufnya dan penempatan titik dan sebagainya.24.
Ini berarti untuk menggambarkan bunyi pendek vokal. Nama lain adalah al-haraka6
clan dalam bahasa Urdu ini disebut zair, zabar, paish…dst.
25. Ad-Dani, al-Muhkam, hlm. 6. Pengarang
terkenal, ad-Dau’ali menulis karangannya tentang grammar (dan menemukan
tashkil) sckitar tahun 20 H. / 640 M.
26. Untuk mendiskusikan motif ini lihat hlm.
107. Apakah ini disebabkan perbedaan dalam
pembacaan Al-Qur’an bisa dilihat pada bab ke-11.
27. Untuk lebih detailnya, lihat 134.
28. F.V. Winnet dan W.L. Reed, Ancient Records from the North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hlm. 11.
29. M. Hamidullah, Six Originaux des
Letters Diplomatiques du Prophete de L’Islam, hlm. 44, 45; lihat juga S.
al-Munaggid, Etudes De Paleographic Arabic, hlm. 102-103.,
30. Hamidullah di dalam Six Originaux des
Letters Diplomatiques du Prophete de L’Islam, hlm. 47, melaporkan bahwa
Grohmann (From the World of Arabic Papyri, Kairo, 1952, him. 62, 113-114)
melakukan kesalahan dalam membaca lima baris teks Arab. Dalam baris 4, dia membaca
sedangkan ia adalah pada baris 5, dia membaca
dan padahal ia dibaca masing-masing dan
31. A. Munif, Dirasah Fanniyyah li Mushaf
Mubakkir, hlm. 139 mengutip Grohmann, “Arabic Inscriptions”, Louvain 1962,
vol. l, xxii, no. 2, hlm. 202.
32. Ibid, hlm. 140 merujuk kepada sebuah buku
yang ditulis oleh Dr. S. ar-Rashid tentang Kota
Islam.
33. S. al-Munaggid, Etudes De Paleographic
Arabe, hlm. 101-103 mengikuti G.C. Miles, “Early Islamic Inscriptions
Near Taif, in the Hidjaz”, JNES, vol. Vii (1948), hlm. 236-242.
34. Al_Khatib al-Baghdadi, al-Jami, I:269.
35. Untuk lebih detail lagi, lihat bab tentang
Metodologi Muslim.
36. Ad_Dani, al-Muhkam, hlm. 4-5, catatan kaki 2, mengutip Ibn al-Anbari, al-Idah. hlm. 15a – 16a. An-Nadim memberikan penjelasan yang detail tentang manuskrip karangan ad-Du’ali tentang grammar. Dia menemukannya di perpustakaan Abi Ba’ra, terdiri dari empat folio dan ditulis (dikopi) oleh seorang ahli tata bahasa yang terkenal Yahya bin Ya’mar (meninggal 90 Hijrah/708 Masehi). Ini Mengandung tanda tangan ahli grammar yang lain, ‘ allan an-Nahawi, clan di atas tanda tangan an-Nadr bin Shumail. (an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 46). Tanda tangan ini mensahkan keaslian karya tulis Abu asAswad ad-Du’ali.
37. Ad-Dani, al-Muhkam, hlm. 6-7
38. Ibid, hlm. 7.
39. Ibid, hlm. 9.
40. Ibid, hlm. 235.
41. Ibid, hlm. 7.
42. Di antara ahli kaligrafi ini adalah: Ibn
Muqla (meninggal 327, Hijrah),. Ibn al-Bawwab (meninggal 413 Hijrah)… dst.
Sebenamya Ibn al-Bawwab telah menyimpang ejaan (ortografi) Mushaf ‘Uthmani.
Trend sekarang adalah kembali ke ortografi klasik, seperti Mushaf yang
dicetak oleh Kompleks Raja Fahd di Madinah (lihat hlm. 131?..).
43. Berdasarkan penjelasan dalam katalog: Masahif San’a', Dar al-Athar al-Islamiyyah (Museum Nasional Kuwait), 19 Maret-l9 Mei 1985, Papan gambar no. 53. dalam hal ini saya ada beberapa catatan; contohnya saya pcrcaya bahwa gambar 10.6 adalah skrip akhir abad pertama hijrah. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar