Sabtu, 09 Juni 2012

WAKTU MUSTAJAB BERDO'A


Waktu-waktu Mustajab Dalam Berdo'a (Bag. 1/2)

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan keselamatan, kesuksesan, keberuntungan, dan kemenangan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain:

[1]. Sepertiga Akhir Malam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
“Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya". (HR.Bukhari).

Diriwayatkan dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Amr bin Abasah Radhiyallahu 'anhu menyampaikan kepadaku, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Saat paling dekat antara Allah dengan seorang hamba adalah pertengahan separuh malam yang akhir (sepertiga malam terakhir). Maka dari itu, jika kamu bisa menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada waktu itu, lakukanlah!” (HR.Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim)

Dari sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari terdapat suatu saat, jika seorang Muslim meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, bertepatan dengan saat itu, maka Dia akan memberikan apa yang ia minta itu kepadanya. Dan itu berlaku setiap malam.”” (HR. Muslim)


[2]. Antara Adzan dan Iqamat

Ketika seorang hamba Allah Subhana wa Ta’ala menunggu shalat, ia dianggap sedang melaksanakan shalat. Ini berarti bahwa ia sedang mendekatkan diri dan taat kepada Allah Ta’ala.

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan di tolak, do’a yang dipanjatkan antara adzan dan iqamat” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Do’a tidak akan ditolak antara adzan dan iqamat”. Para shahabat bertanya, “Lantas apa yang sebaiknya kita ucapkan wahai Rasulullah?”. Beliau SAW bersabda, “Mintalah kepada Allah keselamatan di dunia dan akhirat”. (HR. Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Abi Syaibah, adh-Dhiya, dan Ibnu Hibban)


[3]. Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa

Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak". (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim)


[4]. Setiap Selepas Shalat Fardhu

Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, beliau menjawab, "Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu". (HR.Tirmidzi, an-Nasa’I, dan Abdurrazaq)


[5]. Pada Saat Perang Berkecamuk (Ketika Berada Dalam Barisan Jihad Fii-sabilillaah)

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk". (HR. Abu Daud, al-Baihaqi dan al-Hakim).

Imam Malik meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ia berkata, “Ada dua waktu dibukanya pintu-pintu langit dan amat sedikit pendo’a yang do’anya ditilak pada waktu tersebut. Yaitu ketika datang seruan adzan untuk shalat dan ketika berada di barisan jihad fii-sabilillaah” (HR. Bukhari dan al-Baihaqi)

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “BArangsiapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan sering menyebutnya, baik dengan hati maupun dengan lisannya. Oleh karena itu Allah Subhana wa Ta’ala memerintahkan segenap hamba-Nya untuk selalu mengingat-Nya dalam setiap keadaan serta memerintahkan mereka untuk mengingat-Nya dengan hati yang paling takut”. Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (QS. al-Anfal: 45)

Dalam HAdits Qudsi disebutkan, “Hamba-Ku yang sejati adalah yang tetap mengingat-Ku, ketika ia bertemu dengan musuh yang sepadan keberaniannya (dalam peperangan)”. Jadi, cirri-ciri cinta sejati adalah selalu mengingat sang kekasih, baik dalam keadaan senang maupun takut (Raudhah al-Muhibbin)

Jika demikian halnya, maka orang yang berdo’a ketika barisan-barisan perang telah bertempur dalam jihad fii-sabilillaah adalah lebih dekat dengan ijabah.


[6]. Seusai Seruan Adzan

Imam Malik meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ia berkata, “Ada dua waktu dibukanya pintu-pintu langit dan amat sedikit pendo’a yang do’anya ditilak pada waktu tersebut. Yaitu ketika datang seruan adzan untuk shalat dan ketika berada di barisan jihad fii-sabilillaah” (HR. Bukhari dan al-Baihaqi)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam: "Seorang Muslim harus membaca shalawat kepada Nabi saw. sesudah menjawab adzan." (HR. Muslim)

Dan do'a yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika sesudah kumandang adzan adalah:
Allahumma robbaha zihida’wati tommah Ati muhammadawasilatal fadzillah Wab’adhu maqomammahmudallazhi wa’addah ْ
“Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang
didirikan. Berilah Al-Wasilah (derajat di Surga, yang tidak akan diberikan selain kepada Nabi)
dan fadhilah kepada Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam
terpuji yang telah Engkau janjikan"). (HR. Bukhari)


[7]. Sesaat Pada Hari Jum'at

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat yang jika seorang Muslim berdiri melaksanakan shalat lalu memohon sesuatu kebaikan kepada Allah tepat pada waktu tersebut, niscaya Dia akan memberikan apa yang ia minta, beliau Shallallahu 'alaihi wasallam berisyarat dengan jarinya, bahwa saat tersebut amatlah singkat”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara persis dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203.


[8]. Sewaktu Khatib Duduk Di Atas Mimbar Hingga Selesainya Shalat Jum’at

Ada perbedaan pendapat mengenai waktu mustajab pada hari Jum’at. Hal ini terjadi karena tidak jelas kapan waktu nya yang tepat. Penyamaran waktu tersebut mengandung maksud agar kaum Muslimin bersungguh-sungguh mencarinya dan berkemauan keras untuk mendapatkannya, sebagimana malam Lailatul Qadar yang juga disamarkan waktunya.

Dari Abu Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Abdullah bin Umar bertanya kepadaku, ‘Apakah kamu pernah mendengar ayahmu meriwayatkan suatu hadits dari Rasulullah SAW mengenai masalah hari Jum’at – Maksudnya waktu yang mustajab -- ?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku pernah mendengarnya berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Waktu itu adalah antara duduknya imam sampai selesainya shalat Jum’at’. Abu Dawud berkata, ‘Yakni duduknya imam diatas mimbar’. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Wallahu 'alam bishshawwab.
Hadaa naLLah waiyyakum ila Shirotho al mustaqiim

Semoga bermanfaat
(Insya Allah bersambung ke bag.2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar